Jumat, 18 April 2008

IPB Ujicobakan Teknologi Pasca-Panen Ubi Jalar di Cibungbulang

Dekan Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Ir Anas Miftah Fauzi, M.Sc mengemukakan, guna memperkenalkan teknologi sederhana kepada petani, kini telah diujicobakan sebuah teknologi sederhana di sebuah kebun percobaan ubi jalar di Kecamatan Cibubungbulan, Kabupaten Bogor.

"Untuk sosialisasinya Institut Pertanian Bogor (IPB) saat ini telah melakukannya di Cibungbulang, Kabupaten Bogor," katanya di Bogor, Senin (19/09).

Ia mengatakan, upaya yang sedang dilakukan adalah meningkatkan produktivitas perkebunan ubi jalar di Cibungbulang.

"Selain dari sisi agronominya, juga dikenalkan teknologi pasca panen sederhana bagaimana membuat tepung ubi jalar dengan baik," katanya.

Menurut Anas Miftah Fauzi, peranan teknologi sederhana sangat penting untuk diterapkan kepada para petani, apalagi untuk aplikasinya juga mudah dilaksanakan.

Hanya saja, diakuinya bahwa hambatan yang paling besar dari perguruan tinggi (PT), meski sudah mampu menciptakan teknologi sederhana, namun belum bisa memproduksi teknologi sederhana dalam jumlah yang banyak.

"Kita dari pihak perguruan tinggi saat ini belum bisa memproduksi dalam jumlah besar, baru bisa membuat prototipenya saja. Namun perlu dicari jalan keluarnya dengan melakukan kerjasama dengan industri, swasta atau pemerintah daerah," katanya.

Sementara itu, Ketua Departemen Teknologi Pangan dan Gizi Fateta-IPB Dr Ir Purwiyatno Hariyadi, MSc menambahkan bahwa ubi jalar merupakan sumberdaya alam (SDA) yang mengandung karbohidrat yang cukup guna dikembangkan sebagai upaya diversifikasi pangan di masa depan.

"Dengan teknologi sederhana yang ada, maka nilai tambah ubi jalar bila dikonversi menjadi tepung, tentu akan lebih bernilai ekonomi lebih baik bagi petani," katanya.

Ubi jalar yang potensinya bisa tumbuh pada lahan-lahan secara umum di Indonesia, kata dia, merupakan potensi yang perlu dikembangkan sehingga dapat menjadi alternatif baru kebutuhan pangan masyarakat.

Sebelumnya, dalam satu Seminar Nasional bertema "Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian," dari rangkaian acara Dies Natalis IPB ke-42 di Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor, Menteri Pertanian (Mentan) Anton Apriantono mengatakan bahwa perbaikan mutu dalam upaya peningkatan produkstivitas pertanian membutuhkan penerapan teknologi, khususnya teknologi sederhana yang bisa diserap oleh para petani.

Ia mengatakan, penerapan teknologi sederhana kepada para petani ini disesuaikan dengan kondisi mereka yang tersebar di mana-mana.

"Pada dasarnya jika petani di indonesia itu dalam satu sentral, pemerintah bisa saja memberikan teknologi modern kepada petani dengan jalan melakukan kerjasama dengan swasta. Namun karena petani kita tersebar dimana-mana, maka harus ada teknologi-teknologi sederhana agar lebih efisien dan efektif," katanya.

Salah satunya, kata dia, penerapan teknologi pengeringan jagung untuk para petani. "Tanpa teknologi sederhana ini jika terlambat dalam pengolahan pasca panennya maka akan tumbuh kapang yang menghasilkan mikro toksin," katanya.

Sementara itu, terkait posisi dengan pemerintah daerah, ia menggatakan saat ini sudah sangat berperan, termasuk segala jenis fasilitas yang disediakannya. "Fasilitas yang disediakan mereka dalam pengembangan pertanian sudah begitu berperan, apalagi jika mereka bisa menyediakan dana, akan menentukan keberhasilan pertanian di kita," katanya.

Sumber: Kapanlagi.com

Tidak ada komentar: